Ahad, Mac 30, 2008

Lembaran Hitam

Lembaran Hitam di Balik Penampilan Keren Kaum Wahabi
Dipublikasi pada Thursday, 21 February 2008 oleh admin
Kontra Liberal

Oleh: Idrus Ramli*


Ke mana-mana selalu menyebarkan salam. Selalu memakai baju bercorak gamis dan celana putih panjang ke bawah lutut, ciri-khas orang Arab. Jenggotnya dibiarkannya lebat dan terkesan menyeramkan. Slogannya pemberlakuan syariat Islam. Perjuangannya memberantas syirik, bid’ah, dan khurafat. Referensinya, al-Kitab dan Sunah yang sahih. Semuanya serba keren, valid, islami. Begitulah kira-kira penampilan kaum Wahabi. Sepintas dan secara lahiriah meyakinkan, mengagumkan.


Tapi jangan tertipu dulu dengan setiap penampilan keren. Kata pepatah jalanan, tidak sedikit di antara mereka yang memakai baju TNI, ternyata penipu, bukan tentara. Pada masa Rasulullah s.a.w., di antara tipologi kaum Khawarij yang benih-benihnya mulai muncul pada masa beliau, adalah ketekunan mereka dalam melakukan ibadah melebihi ibadah kebanyakan orang, sehingga beliau perlu memperingatkan para Sahabat r.a. dengan bersabda, “Kalian akan merasa kecil, apabila membandingkan ibadah kalian dengan ibadah mereka.”


Demikian pula halnya dengan kaum Wahabi, yang terkadang memakai nama keren “kaum Salafi”. Apabila diamati, sekte yang didirikan oleh Muhammad bin Abdul Wahhab an-Najdi (1115-1206 H/1703-1791 M), sebagai kepanjangan dari pemikiran dan ideologi Ibnu Taimiyah al-Harrani (661-728 H/1263-1328 M), akan didapati sekian banyak kerapuhan dalam sekian banyak aspek keagamaan.


A. Sejarah Hitam


Sekte Wahabi, seperti biasanya sekte-sekte yang menyimpang dari manhaj Islam Ahlusunah wal Jamaah memiliki lembaran-lembaran hitam dalam sejarah. Kerapuhan sejarah ini setidaknya dapat dilihat dengan memperhatikan sepak terjang Wahabi pada awal kemunculannya. Di mana agresi dan aneksasi (pencaplokan) terhadap kota-kota Islam seperti Mekah, Madinah, Thaif, Riyadh, Jeddah, dan lain-lain, yang dilakukan Wahabi bersama bala tentara Amir Muhammad bin Saud, mereka anggap sebagai jihad fi sabilillah seperti halnya para Sahabat r.a. menaklukkan Persia dan Romawi atau Sultan Muhammad al-Fatih menaklukkan Konstantinopel.


Selain menghalalkan darah kaum Muslimin yang tinggal di kota-kota Hijaz dan sekitarnya, kaum Wahabi juga menjarah harta benda mereka dan menganggapnya sebagai ghanîmah (hasil jarahan perang) yang posisinya sama dengan jarahan perang dari kaum kafir. Hal ini berangkat dari paradigma Wahabi yang mengkafirkan kaum Muslimin dan menghalalkan darah dan harta benda kaum Muslimin Ahlusunah wal Jamaah pengikut mazhab Hanafi, Maliki, Syafi’i, dan Hanbali yang tinggal di kota-kota itu. Lembaran hitam sejarah ini telah diabadikan dalam kitab asy-Syaikh Muhammad bin ‘Abdul Wahhâb; ‘Aqîdatuhus-Salafiyyah wa Da’watuhul-Ishlâhiyyah karya Ahmad bin Hajar Al-Buthami (bukan Al-Haitami dan Al-‘Asqalani)–ulama Wahabi kontemporer dari Qatar–, dan dipengantari oleh Abdul Aziz bin Baz.


B. Kerapuhan Ideologi


Dalam akidah Ahlusunah wal Jamaah, berdasarkan firman Allah, “Tidak ada sesuatu pun yang serupa dengan Dia (Allah)” (QS asy-Syura [42]: 11), dan dalil ‘aqli yang definitif, di antara sifat wajib bagi Allah adalah mukhâlafah lil-hawâdits, yaitu Allah berbeda dengan segala sesuatu yang baru (alam). Karenanya, Allah itu ada tanpa tempat dan tanpa arah. Dan Allah itu tidak duduk, tidak bersemayam di ‘Arasy, tidak memiliki organ tubuh dan sifat seperti manusia. Dan menurut ijmak ulama salaf Ahlusunah wal Jamaah, sebagaimana dikemukakan oleh al-Imam Abu Ja’far ath-Thahawi (227-321 H/767-933 M), dalam al-‘Aqîdah ath-Thahâwiyyah, orang yang menyifati Allah dengan sifat dan ciri khas manusia (seperti sifat duduk, bersemayam, bertempat, berarah, dan memiliki organ tubuh), adalah kafir. Hal ini berangkat dari sifat wajib Allah, mukhâlafah lil-hawâdits.


Sementara Wahabi mengalami kerapuhan fatal dalam hal ideologi. Mereka terjerumus dalam faham tajsîm (menganggap Allah memiliki anggota tubuh dan sifat seperti manusia) dan tasybîh (menyerupakan Allah dengan makhluk-Nya). Padahal menurut al-Imam asy-Syafi’i (150-204 H/767-819 M) seperti diriwayatkan olah as-Suyuthi (849-910 H/1445-1505 M) dalam al-Asybâh wan-Nazhâ’ir, orang yang berfaham tajsîm, adalah kafir. Karena berarti penolakan dan pengingkaran terhadap firman Allah, “Tidak ada sesuatu pun yang serupa dengan Dia (Allah).” (QS asy-Syura [42]: 11)


C. Kerapuhan Tradisi


Di antara ciri khas Ahlusunah wal Jamaah adalah mencintai, menghormati, dan mengagungkan Rasulullah s.a.w., para Sahabat r.a., ulama salaf yang saleh, dan generasi penerus mereka yang saleh seperti para habaib dan kiai yang diekspresikan dalam bentuk tradisi semisal tawasul, tabarruk, perayaan maulid, haul, dan lain-lain.


Sementara kaum Wahabi mengalami kerapuhan tradisi dalam beragama, dengan tidak mengagungkan Nabi s.a.w., yang diekspresikan dalam pengafiran tawasul dengan para nabi dan para wali. Padahal tawasul ini, sebagaimana terdapat dalam Hadis-Hadis sahih dan data-data kesejarahan yang mutawâtir, telah dilakukan oleh Nabi Adam a.s., para Sahabat r.a., dan ulama salaf yang saleh. Sehingga dengan pandangannya ini, Wahabi berarti telah mengafirkan Nabi Adam a.s., para Sahabat r.a., ahli Hadis, dan ulama salaf yang saleh yang menganjurkan tawasul.


Bahkan lebih jauh lagi, Nashiruddin al-Albani–ulama Wahabi kontemporer–sejak lama telah menyerukan pembongkaran al-qubbah al-khadhrâ’ (kubah hijau yang menaungi makam Rasulullah r) dan menyerukan pengeluaran jasad Nabi s.a.w. dari dalam Masjid Nabawi, karena dianggapnya sebagai sumber kesyirikan. Al-Albani juga telah mengeluarkan fatwa yang mengafirkan al-Imam al-Bukhari, karena telah melakukan takwil dalam ash-Shahih-nya.


Demikian sekelumit dari ratusan kerapuhan ideologis Wahabi. Dari sini, kita perlu berhati-hati dengan karya-karya kaum Wahabi, sekte radikal yang lahir di Najd. Dalam Hadis riwayat al-Bukhari, Muslim, dan lain-lain, Nabi s.a.w. bersabda, “Di Najd, akan muncul generasi pengikut Setan”. Menurut para ulama, maksud generasi pengikut Setan dalam Hadis ini adalah kaum Wahabi. Wallâhul-hâdî. [BS]


*) penulis adalah alumnus Pondok Pesantren Sidogiri, tinggal di Jember

Tulisan ini dimuat di Buletin Sidogiri edisi 26

******************

Sabtu, Mac 29, 2008

Membaca Sholawat

Membaca shalawat adalah salah satu amalan yang disenangi orang-orang NU, disamping amalan-amalan lain semacam itu. Ada shalawat “Nariyah”, ada “Thibbi Qulub”. Ada shalawat “Tunjina”, dan masih banyak lagi. Belum lagi bacaan “hizib” dan “rawatib” yang tak terhitung banyaknya. Semua itu mendorong semangat keagamaan dan cita-cita kepada Rasulullah sekaligus ibadah.

Salah satu hadits yang membuat kita rajin membaca shalawat ialah: Rasulullah bersabda: Siapa membaca shalawat untukku, Allah akan membalasnya 10 kebaikan, diampuni 10 dosanya, dan ditambah 10 derajat baginya. Makanya, bagi orang-orang NU, setiap kegiatan keagamaan bisa disisipi bacaan shalawat dengan segala ragamnya.

Salah satu shalawat yang sangat popular ialah “Shalawat Badar”. Hampir setiap warga NU, dari anak kecil sampai kakek dan nenek, dapat dipastikan melantunkan shalawat Badar. Bahkan saking populernya, orang bukan NU pun ikut hafal karena pagi, siang, malam, acara dimana dan kapan saja “Shalawat Badar” selalu dilantunkan bersama-sama.

Shalawat yang satu ini, “shalawat Nariyah”, tidak kalah populernya di kalangan warga NU. Khususnya bila menghadapi problem hidup yang sulit dipecahkan maka tidak ada jalan lain selain mengembalikan persoalan pelik itu kepada Allah. Dan shalawat Nariyah adalah salah satu jalan mengadu kepada-Nya.

Salah satu shalawat lain yang mustajab ialah shalawat Tafrijiyah Qurtubiyah, yang disebut orang Maroko shalawat Nariyah karena jika mereka (umat Islam) mengharapkan apa yang dicita-citakan, atau ingin menolak apa yang tidak disuka, mereka berkumpul dalam satu majelis untuk membaca shalawat Nariyah ini sebanyak 4444 kali, tercapailah apa yang dikehendaki dengan cepat bi idznillah. Shalawat ini juga oleh para ahli yang tahu rahasia alam.

Imam Dainuri memberikan komentarnya: Siapa membaca shalawat ini sehabis shalat (fardlu) 11 kali digunakan sebagai wiridan maka rejekinya tidak akan putus, disamping mendapatkan pangkat/kedudukan dan tingkatan orang kaya. (Khaziyat al-Asrar, hlm 179)

Simak sabda Rasulullah SAW berikut ini:

وَأخْرَجَ ابْنُ مُنْذَة عَنْ جَابِرٍ رَضِيَ الله عَنهُ أنّهُ قال قال َرسُوْلُ اللهِ صَلّى الله عَلَيْهِ وَسَلّمَ: مَنْ صَلّى عَلَيَّ كُلّ يَوْمٍ مِئَة مَرّةٍ – وَفِيْ رِوَايَةٍ – مَنْ صَلَّى عَلَيَّ فِي اليَوْمِ مِئَة مَرّةٍ قَضَى اللهُ لَهُ مِئَة حَجَّةٍ – سَبْعِيْنَ مِنْهَا في الأخِرَةِ وَثَلاثِيْنَ فِي الدُّنْيَا – إلى أنْ قال – وَرُوِيَ أن النَّبِيَّ صَلّى اللهُ عليه وسلم قال : اكْثَرُوا مِنَ الصَّلاةِ عَلَيَّ فَإنّهَا تَحِلُّ اْلعَقْدَ وَتَفْرجُ الكُرَبَ – كَذَا فِيْ النزهَةِ

Hadits Ibnu Mundah dari Jabir, ia mengatakan: Rasulullah SAW bersabda: Siapa membaca shalawat kepadaku 100 kali maka Allah akan mengijabahi 100 kali hajatnya; 70 hajatnya di akhirat, dan 30 di dunia. Sampai kata-kata … dan hadits Rasulullah yang mengatakan: Perbanyaklah shalawat kepadaku karena dapat memecahkan masalah dan menghilangkan kesedihan. Demikian seperti tertuang dalam kitab an-Nuzhah.

Rasulullah di alam barzakh mendengar bacaan shalawat dan salam dan dia akan menjawabnya sesuai jawaban yang terkait dari salam dan shalawat tadi. Seperti tersebut dalam hadits. Rasulullah SAW bersabda: Hidupku, juga matiku, lebih baik dari kalian. Kalian membicarakan dan juga dibicarakan, amal-amal kalian disampaikan kepadaku; jika saya tahu amal itu baik, aku memuji Allah, tetapi kalau buruk aku mintakan ampun kepada Allah. (Hadits riwayat Al-hafizh Ismail Al-Qadhi, dalam bab shalawat ‘ala an-Nabi).

Imam Haitami dalam kitab Majma’ az-Zawaid meyakini bahwa hadits di atas adalah shahih. Hal ini jelas bahwa Rasulullah memintakan ampun umatnya (istighfar) di alam barzakh. Istighfar adalah doa, dan doa Rasul untuk umatnya pasti bermanfaat.

Ada lagi hadits lain. Rasulullah bersabda: Tidak seorang pun yang memberi salam kepadaku kecuali Allah akan menyampaikan kepada ruhku sehingga aku bisa menjawab salam itu. (HR. Abu Dawud dari Abu Hurairah. Ada di kitab Imam an-Nawawi, dan sanadnya shahih)

Pengasuh Pesantren Krapyak, Yogyakarta

**********************************

Khamis, Mac 27, 2008

Menzuma " Ya Habibi Salamu 'Alaikum



Menzuma by Haji Mohamed Idris Siraj - "Ya Habibi Salamu 'Alaikum "


Menzuma is an Ethiopian Islamic Sufi devotional chant that contains remembrances of Allah (God), and praises of the Prophet Mohammed (PBUH). From Ethiopia to Russia, from Johannesburg to Indonesia. The Mawlid or the Milaad is being celebrated with great intensity and fervor. In these gatherings participants recall the Prophet's birth, his life story (sirah) and his great character are extolled, as Allah said in the Holy Qur'an:- "We sent you not but as a Mercy to all the worlds." (21:107).

Mosques are decorated with lights, streamers and banners and every night of Rabi` al-Awwal is filled with the chanting of Qur'an and the melodious recitation of Mawlid, praising the Prophet (Peace be upon him), and sending Salaams on him, as Allah's order: "O you who believe, pray on him with all respect" follows Allah's declaration that: "Allah and His angels are praying on the Prophet" (Holy Qur'an 33:56).

(Nourmedia, March 20, 2008)

Rabu, Mac 26, 2008

Mawlid - al-Qardhawi

Syaikh Yusuf al-Qardhawi adalah antara ulama kontemporer yang dikenali ramai. Nampaknya Syaikh Yusuf tidaklah termasuk ulama yang membid`ahsesatkan umat yang menyambut Mawlidin Nabi s.a.w. Bahkan beliau menegaskan bahawa tuduhan sesetengah pihak yang anti-mawlid bahawa orang yang mengadakan sambutan peringatan mawlid Junjungan Nabi s.a.w. berbuat bid`ah yang munkarah adalah tuduhan atau kata-kata yang kosong, yang tidak bererti, tidak bermakna dan tidak berfaedah. Maka marilah kita tinggalkanlah perkataan dan tuduhan kosong yang mencemoh umat menyambut hari gembira, hari keputeraan Rasul junjungan s.a.w.


****************************************

Jumaat, Mac 21, 2008

Madaih

Khamis, Mac 20, 2008

Sholawat 1000 kali

Memperbanyakkan sholawat ke atas Junjungan Nabi s.a.w. adalah tuntutan agama. Orang-orang sholeh sentiasa membasahkan lidah mereka dengan berbagai ucapan mulia termasuklah sholawat dan salam ke atas Junjungan Nabi s.a.w. Oleh itu janganlah kita lalai untuk bersholawat ke atas Junjungan Nabi s.a.w. , lebih - lebih lagi pada masa-masa yang penuh keberkatan seperti hari dan malam Jum`at yang mulia, apatah lagi dalam bulan kelahiran Junjungan Nabi s.a.w.

Imam Abu Nu`aim dalam "al-Hilyah" dan Imam ath-Thabrani telah meriwayatkan satu atsar daripada Sayyidina 'Abdullah ibnu Mas`ud r.a. di mana beliau telah berpesan kepada Zaid ibnu Wahb sebagai berikut:
يا زيد ، لا تدع إذا كان يوم الجمعة أن تصلي على النبي صلى الله عليه و سلم ألف مرة، تقول: اللهم صل على محمد النبي الأمي

"Wahai Zaid, apabila hari Jum`at janganlah engkau tinggalkan bersholawat kepada Junjungan Nabi s.a.w. sebanyak 1000 kali, dengan katamu: " اللهم صل على محمد النبي الأمي".
Begitulah pesanan sahabat yang mulia agar umat sentiasa ingat kepada Junjungan Nabi s.a.w. dengan memperbanyakkan sholawat terutama sekali pada saat-saat yang mulia seperti hari Jum`at. Terdapat juga riwayat yang dinisbahkan oleh Imam as-Sakhawi dalam "al-Qaulul Badii`" halaman 379, kepada Ibnu Syahin, yang walaupun berdarjat dhoif tetap punya nilai untuk fadhoilul a'maal, di mana Junjungan Nabi s.a.w. bersabda:-
من صلى علي في يوم الجمعة ألف مرة،
لم يموت حتى يرى مقعده من الجنة


"Sesiapa yang bersholawat ke atasku pada hari Jum`at 1000 kali, tidaklah dia mati sehingga dia melihat tempatnya dalam syurga."
Sesungguhnya orang yang banyak bersholawat akan memperolehi kebahagiaan di dunia dan di akhirat. Tidaklah rugi bagi kita untuk banyak bersholawat walaupun riwayat di atas tidak tsabit. Marilah kita perbanyakkan sholawat.

**********************************
اللهم صل على سيدنا محمد النبي الأمي

Mawlid - Fatwa Ibnu Taimiyyah

12 Rabi`ul Awwal, hari keputeraan Junjungan Nabi s.a.w. Seluruh dunia Islam menyambut ketibaan hari ini dengan berbagai acara dan sambutan. Perkara ini telah berjalan zaman berzaman sehingga ke hari ini berterusan, alhamdulillah. Dalam keghairahan puak Wahhabi mengharamkan dan membid`ahkan umat dari menyambut hari keputeraan Junjungan s.a.w., mereka lupa bahawa panutan mereka yang digelar sebagai Syaikhul Islam, Ibnu Taimiyyah al-Harrani, walaupun menghukum sambutan Mawlidin Nabi sebagai bid`ah yang diada-adakan umat Islam dengan meniru-niru puak Nashrani, tetapi dia tetap menyatakan bahawa orang yang mengadakan sambutan tersebut diberi pahala atas niat baik mereka menyambut mawlid tersebut demi membesarkan Junjungan Nabi s.a.w. Rupa-rupanya, Ibnu Taimiyyah tidaklah seekstrim puak Wahhabi yang ada pada masa kita, yang dengan mudah dan sembrono memvoniskan "masuk neraka" bagi sesiapa yang merayakan atau menyambut hari keputeraan Junjungan Nabi s.a.w.

Pandangan Ibnu Taimiyyah ini dapat kita lihat dalam karya-karyanya seperti himpunan fatwanya pada juz ke-23, halaman 134, yang menyatakan, antara lain:-
فتعظيم المولد و اتخاذه موسما قد يفعله بعض الناس و يكون لهم فيه
أجر عظيم لحسن قصدهم و تعظيمهم لرسول الله صلى الله عليه و سلم

Maka membesarkan Mawlid Nabi dan menjadikannya sebagai waktu atau musim yang dirayakan telah dilakukan oleh sebahagian manusia dan bagi mereka padanya (yakni pada menyambut mawlid tersebut) ganjaran pahala yang besar kerana baiknya niat mereka dan kerana mereka membesarkan Junjungan Nabi s.aw.
Allahu ... Allah, lihat saja Ibnu Taimiyyah menyatakan bahawa sesiapa yang menyambut hari keputeraan Junjungan dengan niat yang baik serta membesarkan Junjungan s.a.w., maka baginyalah ganjaran pahala yang besar. Ini pernyataan Ibnu Taimiyyah, ikutan dan panutan mereka yang mengaku salafi zaman kita ini. Maka bersederhanalah hendaknya wahai salafi moden dalam menghukum kami yang menyambut dan membesarkan keputeraan Junjungan Nabi s.a.w. Selamat Menyambut Hari Keputeraan Junjungan Nabi s.a.w.

Rabu, Mac 19, 2008

Tuan Guru Haji 'Abdullah

Pagi tadi, sekitar jam 7.10 pagi, telah kembali seorang lagi ulama besar yang terkenal bermulut masin. Tuan Guru Haji 'Abdullah bin Haji 'Abdul Rahman bin Haji Che Wan bin Senik bin Haji Muhammad bin Lebai 'Abdul Lathif telah dilahirkan pada hari Jumaat, 11 Februari 1933 di Lubok Tapah, Pasir Mas, Kelantan. Memulakan pengajiannya dengan ayahandanya sendiri, Tuan Guru Haji Abdul Rahman, selain guru-guru lain antaranya Tuan Guru Haji Yusof @ Haji Jusoh.

Pada tahun 1953, beliau melanjutkan pengajiannya ke Makkah al-Mukarramah untuk menimba ilmu dengan para ulama di Masjidil Haram. Setelah lebih kurang 14 tahun menimba ilmu di sana, beliau akhirnya kembali ke Kelantan dan menjadi penerus kepada pondok ayahandanya di Lubok Tapah. Antara guru-guru beliau di sana ialah:-
  1. Syaikh Ismail bin 'Abdul Qadir al-Fathani (Pak Da `Eil);
  2. Syaikh 'Abdul Qadir bin 'Abdul Muthalib al-Mandili;
  3. Syaikh Zakaria Bilal;
  4. Syaikh Muhammad Daud Sulaiman al-Kelantani;
  5. Syaikh Hasan Muhammad al-Masyath;
  6. Habib 'Alawi bin 'Abbas al-Maliki;
  7. Syaikh Muhammad 'Arabi at-Tabanni;
  8. Syaikh Mukhtar Amfanani;
  9. Syaikh Muhammad Yaasin al-Fadani;
  10. Syaikh Sholih Idris al-Kelantani;
  11. Syaikh Abdul Rahman Daud al-Kelantani;
  12. Syaikh Muhammad Nur Bahraini;
  13. Syaikh Sayyid Muhammad Amin; dan
  14. Syaikh 'Abdul Jalil al-Indonisi.
Ketokohan beliau dalam bidang ilmu amatlah nyata sehingga mendorong Mufti Haji Muhammad Noor bin Haji Ibrahim untuk melantik beliau menganggotai Jemaah Ulama Negeri Kelantan pada tahun 1968. Rabu 19 Mac 2008 bersamaan 11 Rabi`ul Awwal 1429H, kita kehilangan tokoh ulama ini kerana Allah yang Maha Pengasih telah memanggil kembali beliau ke hadhratNya. Mudah-mudahan Allah sentiasa mencucuri rahmat dan kasih sayang ke atas almarhum serta menempatkan beliau di kalangan para kekasihNya. ... al-Fatihah.

************************

اقرأوا على موتاكم يس


Khamis, Mac 06, 2008

Undi Jangan ٍSik Ngundi

Lamak juak aku sik update blog tok, alhamdulillah baruk dapat update, ya pun sik dapat nak nulis panjang-panjang, sekadar nak melepas geram election jak. Harap sapa yang nak ngundi ya, pikir dolok sebelum ngundi calon yang nak dipilih. Aku dah tauk sapa yang nak kupilih. Calon pilihan aku ialah calon yang sik merokok, sebab YB yang merokok ya jelas dan terang sik ngikut bahkan melanggar dan menghina Majlis Fatwa Kebangsaan dan Majlis Fatwa Negeri yang udah MENGHARAMKAN rokok. Munlah YB masih merokok, cam ney rakyat jelata nak berenti merokok. Jadi mun ngikut fatwa kerajaan kinek tok (yakni kerajaan yang didokong oleh kebanyakan sidak YB ya) sapa-sapa merokok maka nya udah melakukan sesuatu yang haram menurut hukum syarak, maka berdosa. Ya adalah antara kriteria calon pilihan akulah, kitak urang suka ati kitaklah, cuma suka aku ngingat kata-kata yang mun dak salah ingat aku dinisbahkan kepada Junjungan Nabi s.a.w. atau setidak-tidaknya atsar sahabi:-

كيفما تكونوا يولى عليكم

yang maksudnya lebih kurang "cam nei keadaan kita, cam ya juaklah keadaan orang yang merentah kita." Cam selalu dipadah urang kita - pencuri milih pencuri, perompak milih perompak, cam yalah lebih kurang retinya.

Dalam demokrasi, penting ada "cek en belen" - kata urang kampung aku (mun urang yang kampungnya di London - "check and balance"), bahkan perkara tok juak ada diisyaratkan dalam al-Quran cam lam surah al-Baqarah ayat 251 yang berbunyi:-

وَلَوْلاَ دَفْعُ اللَّهِ النَّاسَ بَعْضَهُمْ بِبَعْضٍ لَفَسَدَتِ الأَرْضُُ

yang kira-kira bererti: "Munlah Allah nisik nolak sebahagian manusia dengan sebahagian yang lain, nescaya rusak benasalah bumi tok". Retinya mun dibiarkan satu pihak ajak berkuasa selama-lamaknya tanpa ada timbalbalas pihak lain, nescaya akan mudahlah berlakulah penyelewengan yang ngembak kepada kefasadan atas muka bumi tok. Allahu ... Allah.

Oleh kerana ya, kita kenak tauk menghargai sesama, baik parti penyokong kerajaan yang ada (baca: BN) mauk pun parti pembangkang (baca : BA). Sidak yang menang dan merentah, jangan mandang lekeh ngan pembangkang. Sebab pembangkang bukanlah musuh negara dan rakyat, sidaknya juak adalah pemain dalam politik demokrasi dalam negara tok. Bahkan pembangkang juak ada sumbangan besar dalam membangun dan memakmurkan negara. Conto yang paling mudah ialah apa yang kita niat waktu election dolok, mun sik ada pembangkang, lambatlah sidak orang kampung nak dapat geran tanah. Tok bukan cakap kosong, coba tanyak ngan sidak kampung tepi sungei ya, tanyak ngan sidak Semariang, bila geran tanah sidaknya keluar. Bertaun dah diam sia, masih juak TOL atau NCR atau tanah kampung sik bergeran ajak status tanah sidak. Tapi bila pembangkang main isu tanah, baruklah sidak kerajaan gago merik geran. Sapa sik tauk hal tok di tempat aku. Mun masih sik tauk juak, confirm jenis urang sik nengar bedok. Jadi masin-masin ada tugas dan tanggungjawab masin-masin. Mun sidak BN nak merentah, merentahlah ngan bait demi rakyat bukan demi kroni atau anak-beranak ato petunggal peduak. Pembangkang penting supaya dacin sidak BN sik singit.

*************************************************

Kalah Menang Bukan Alasannya
Sucikanlah Niat Di Hati