Dipendekkan cerita, Habib 'Abdur Rahman bin Musthofa al-'Aydrus pun segera pergi ke Mesir. Beliau sampai di negara itu pada waktu malam dan kebetulan di rumah seorang syaikh dari para ahli fiqih sedang dilangsungkan pesta perkawinan. Tatkala tiba waktu shalat, diserukan iqomah. Sang Syaikh berkata:- "Yang paling faqih di antara kalian hendaknya maju untuk menjadi imam." "Siapa yang paling faqih di antara kami?" tanya seorang ahli fikih."Yang paling faqih adalah orang yang dapat menyebutkan 400 sunah dalam shalat sunnah fajar. Siapa pun yang dapat menyebutkannya, maka dia layak menjadi imam kita." Mereka semua menyerah. Habib 'Abdur Rahman bin Musthofa maju, kemudian menyebutkan 400 sunah salat sunah fajar, dan menambah beberapa lagi. Sang Syaikh berkata, "Kaulah yang layak menjadi imam kami." Beliau kemudian maju mengimami shalat. Penduduk Mesir kagum dengan kedalaman ilmu Habib 'Abdur Rahman.
Suatu hari beberapa ulama Mesir datang menemui beliau dengan sejumlah persoalan bahasa yang telah mereka persiapkan lebih dahulu. Padahal Habib 'Abdur Rahman kurang begitu menguasai ilmu nahwu. "Berilah kami jawaban atas persoalan- persoalan ini," kata mereka setelah bertemu Habib 'Abdur Rahman. Beliau membuka buku putih itu dan menemukan semua jawaban atas persoalan tersebut. Beliau lalu menukil dan menjelaskannya. Begitu seterusnya. Setiap kali ada yang bertanya, beliau selalu mendapati jawabannya telah tertulis di buku tersebut.
[Saduran dari "Jawahirul Anfas fi ma yurdhi Rabban Naas" jilid1 halaman 208 - 209 karya Habib Umar MawlaKhela.]
Tiada ulasan:
Catat Ulasan