Ahad, Ogos 08, 2010

Ziarah Kubur Awliya` - Sy. Mutawalli

Syaikh Mutawalli Sya'rawi rahimahUllah, seorang ulama kontemporer Mesir yang wafat tahun 1998 dan sangat produktif menghasilkan karya - karya terkemuka, pernah ditanya:- " Bagaimana tentang ziarah ahlul bayt dan para wali, yang merupakan kebiasaan orang - orang Mesir, khususnya orang - orang dari dusun yang mengambil berkah dari mereka ? "

Seraya meletakkan tangannya di dada seolah - olah berbicara tentang dirinya, ia menjawab,: " Kami juga besar sebagai orang dusun. Selama hidup, kami tinggal di lingkungan ahlul bayt dan para wali. Orangtua - orangtua kami, datuk-datuk kami, ibu-ibu kami, dan saudara-saudara kami, semuanya tinggal di serambi para wali. Kami tidak melihat kebaikan kecuali dari mereka. Kami tidak mengetahui ilmu kecuali di tempat-tempat mereka. Kami juga tidak mengenal keberkahan kecuali dengan mencintai mereka. Kami mencintai mereka karena mereka berhubungan dengan Allah. Kebaikan datang kepada kami dari orang-orang yang sangat kami yakini bahawa mereka berhubungan dengan Allah. Mereka tidak dikenal kecuali oleh orang-orang yang jiwanya menerima manhaj (syariat) Allah. ..... Bagaimana mungkin mereka membolehkan berziarah ke kuburan orang - orang muslim awam tetapi mengharamkan menziarahi mereka-mereka yang dikenal sebagai orang shalih. Ziarah kubur itu diperintahkan. Jika hal itu telah dilakukan untuk orang - orang muslim awam, apakah orang-orang yang telah dikenal atau orang yang baik dikecualikan dari hal itu, lalu diharamkan menziarahi kuburnya karena ia orang baik ? Pendapat ini sungguh tidak masuk akal ! Anggap sajalah itu seperti kubur - kubur yang lain dan berdzikirlah kepada Allah di tempatnya. Kita tidak menentang ziarah. Yang kita tentang adalah hal-hal yang tidak benar yang terjadi di dalamnya. Orang-orang yang meminta sesuatu dari mereka dapat kita katakan berbuat syirik. Tetapi jika ia meminta kepada Allah di makam-makam mereka, apa yang harus dilarang? Demi Allah, seandainya dalam berziarah itu tidak ada hal lain yang didapatkan selain sekadar pertemuan dengan orang-orang yang tunduk di hadapan Allah, itu sudah cukup bagi saya. Seandainya tidak ada yang saya dapatkan di sana selain bertemu orang-orang yang menggunakan dirinya kembali kepada Allah, itu sudah cukup. Saya akan pergi untuk bertemu orang-orang yang meninggalkan dunia dan makan sekali saja dalam sehari. Orang-orang yang menziarahi Imam Husain, Sayyidah Nafisah, Sayyid Ahmad al-Badawi atau Ibrahim ad-Dasuqi, akan malu melakukan maksiat setelah itu. Mungkin juga perasaan malu itu akan terus menyertainya sepanjang hayatnya. "

[Dipetik dari majalah alKisah No. 14/12 - 25 Juli 2010 ].

Tiada ulasan:

Catat Ulasan