Rabu, Februari 12, 2020

Faedah Daripada Syaikh Daud

Dalam setiap ibadah yang kita kerjakan, maka teramat penting untuk dikerjakan dengan penuh penghayatan. Hendaknya jangan ibadah - ibadah tersebut dikerjakan tanpa penghayatan atau tanpa dijiwai, bak melepas batuk di tangga sahaja gamak lakunya. Ibadah yang dilakukan dengan penghayatan yang betul, akan membuahkan kesan positif bagi diri kita, dunia dan akhirat. Para alim ulama kita telah menjelas, menerang, mengajar dan menghurai tentang penghayatan dalam melakukan ibadah ini, dari sekecil - kecil ibadah (jikalah boleh dikatakan kecil) sehinggalah kepada ibadah yang besar - besar. Maka perlulah kita mentelaah karya - karya para ulama tersebut agar ibadah kita bukan sahaja sah, cukup syarat dan rukun, juga  benar - benar dihayati sepenuhnya.

Syaikh Daud al-Fathani rahimahullah mempunyai karya berjodol Kaifiyat Khatam al-Quran dan di antara kandungannya adalah panduan bagaimana kita mengisi, menghayati dan menjiwai wudhu kita. Sebagaimana yang kita ketahui wudhu adalah ibadah asas yang merupakan kunci bagi ibadah - ibadah besar seperti shalat dan tawaf. Maka sukalah untuk faqir kongsikan di sini, mudah-mudahan ada manfaat dan keberkatannya. Namun sebelum itu, faqir nukilkan juga sekelumit mengenai kitab ini sebagaimana yang dijelaskan oleh almarhum Ustaz Wan Muhammmad Shaghir dalam buku beliau yang berjodol Syeikh Daud bin Abdullah al-Fatani, Ulama dan Pengarang Terulung Asia Tenggara. Pada halaman 63, beliau menyenaraikan kitab tersebut sebagai karya Mawlana Syaikh Daud dan menyatakan sebagai berikut:- 12. KAIFIYAT KHATAM QURAN. Yang terkandung di dalamnya ialah tatacara melakukan khatam al-Quran dan berbagai doa. Kitab ini adalah merupakan kitab yang pertama untuk melaksanakan doa, sebelumnya memang belum terdapat satu kitab yang berbentuk demikian. Hampir seluruh pelosok Asia Tenggara ahli penghafal doa mengenal kitab ini sebelum adanya kitab - kitab lain sebagai pedoman. Kitab ini sudah banyak kali dicetak oleh berbagai percetakan baik di Mekkah, Mesir, Turki dan Bombay maupun oleh percetakan - percetakan yang berada di Asia Tenggara. Semua terbitan tidak pernah mencantumkan nama Syeikh Daud bin Abdullah al-Fatani sebagai penyusunnya, namun diyakini dan tidak dapat dinafikan bahawa memang susunan beliau....

Berbalik kepada Kaifiyyat Khatam al-Quran tadi, maka pada halaman 119 sehingga halaman 127, Mawlana Syaikh Daud al-Fathani rahimahullah menulis, antara lain, sebagai berikut:-

......Lalu membasuh dua tapak tangannya hingga pergelangannya .......... beserta kita i`tiqad dalam hati kita minta kepada Allah ta'ala ampuni dosanya yang ada pada dua tangannya ini, jika ada tangannya itu memegang harta orang atau benda orang yang diharamkan Allah subhanahu wa ta'ala atau memukul orang dengan tiada sebenarnya. 

Kemudian maka membasuh mulut tiga kali beserta dengan i`tiqad dalam hati kita minta akan Allah ta'ala ampuni dosanya yang ada pada mulut itu, jika ada mulut itu memaki orang dengan tiada sebenarnya atau memakan harta benda yang diharamkan Allah subhanahu wa ta'ala seperti harta orang dengan tiada sebenarnya atau memakan harta riba atau harta orang yang tiada mengeluarkan zakat atau harta anak yatim atau sekaliannya binatang haram. 

Kemudian maka membasuh hidung tiga kali, beserta dengan i`tiqad dalam hati kita minta akan Allah ta'ala ampuni dosanya yang ada pada kedua lubang hidung itu, jika ada hidung itu mencium bau-bauan orang dengan tiada reda tuannya atau mencium bau-bauan yang ada pada tubuh perempuan, jika laki-laki, atau bauan yang ada pada laki - laki, jika perempuan yang mencium dia.

Kemudian maka membasuh muka tiga kali ............. beserta dengan i`tiqad dalam hati kita minta akan Allah subhanahu wa ta'ala ampuni dosa yang ada pada muka itu, jika ada muka dan mata itu melihat yang diharamkan Allah ta'ala, seperti melihat perempuan yang helat atau perempuan melihat akan laki - laki atau laki - laki melihat samanya laki - laki pada barang yang dalam antara pusat dan lutut atau perempuan samanya perempuan demikian juga, atau melihat permainan seperti menora dan mak yong atau melihat dalam rumah orang dengan tiada izin tuannya. Dan minta akan Allah ta`ala beri muka itu boleh melihat Zat Allah ta'ala dalam negeri akhirat yang tiada dapat dihingga, bersalahan bagi segala yang baharu, dan melihat penghulu kita Nabi Muhammad shallaAllahu 'alaihi wa sallam dan melihat ibubapa yang mati dahulu kala di dalam syurga dan melihat anak bidadari dan permainannya dan bunyi - bunyi yang di dalam syurga dan buah - buah kayu yang indah - indah di dalam syurga itu.

Kemudian maka membasuh dua hasta (yakni dua tangan hingga ke siku) hingga siku keduanya tiga - tiga kali, beserta dengan i`tiqad dalam hati kita minta akan Allah ta'ala ampun dosanya yang ada pada kedua hasta itu (......) atau memukul orang  atau sigong orang. Dan minta akan Allah ta'ala beri kitab (yakni kitab catatan amalan kita) pada pihak kanannya. Kemudian maka membasuh hasta pada belah kirinya tiga kali, maka i`tiqad seperti demikian itu juga berserta kita i`tiqad dalam hati kita minta akan Allah ta'ala jangan diberi kitab pihak kiri itu.

Kemudian maka membasuh kepala tiga kali, iaitu ubun - ubun beserta dengan i`tiqad dalam hati kita minta akan Allah ta'ala ampuni dosanya yang ada pada kepala itu, jika ada kepalanya itu menyembah kepada yang lain daripada Allah seperti menyembah penghulu dalam dunia ini dan seperti mengikut suruh dan tegah kepada raja - raja dan penghulu dalam dunia ini seperti Allah ta'ala. Dan minta akan Allah ta'ala beri kepala itu sentiasa menyembah dan mengikut suruh Allah ta'ala dan (minta akan Allah ta'ala beri naung) pada hari kiamat, yakni pada hari yang tiada naung melainkan naung di bawah arasy Allah ta'ala jua.

Kemudian maka membasuh telinga keduanya tiga kali beserta dengan i`tiqad dalam hati kita minta Allah ta'ala ampun dosanya yang ada pada kedua telinganya itu, (jika ada telinga itu) mendengar kepada barang yang ditegahkan Allah ta'ala seperti gendang dan serunai dan rebab dan kecapi dan barang sebagainya. Dan minta akan Allah ta'ala beri telinga itu mendengar zikrullah ta'ala dan mendengar kalamullah (dan) bunyian dalam syurga.

Kemudian maka membasuh leher (yakni tengkuk) tiga kali beserta dengan i`tiqad dalam hati kita minta akan Allah ta'ala ampuni dosa yang ada pada leher itu, jika ada leher itu memikul atau mengkandar yang ditegahkan Allah subhanahu wa ta'ala. Dan minta akan Allah ta'ala lepas daripada rantainya dan belenggu pada hari kiamat, dan minta akan Allah ta'ala beri leher itu memakai pakaian dalam syurga.

Kemudian, maka membasuh kaki kanan tiga kali dan kaki kiri tiga kali, beserta dengan i`tiqad dalam hati kita minta akan Allah ta'ala ampuni dosanya yang ada pada kedua kaki itu, jika ada kaki berjalan kepada yang ditegahkan Allah ta'ala seperti berjalan pergi melihat menora dan wayang dan berjalan pergi mencuri dan menyamun dan merampas dan segala yang ditegahkan Allah ta'ala. Dan minta akan Allah ta'ala beri kaki itu berjalan kepada masjid dan berjalan kepada kebajikan dan minta akan Allah ta'ala tetapkan kaki kita di atas titi shirathal mustaqim hingga masuk syurga......

Mudah - mudahan penghayatan dan pengisian seperti yang dicontohkan oleh Mawlana Syaikh Daud rahimahullah dapat kita laksanakan ketika berwudhu, agar wudhu kita tidak hanya sekadar membasuh anggota wudhu kita yang zahir, tapi dipenuhi dengan kesedaran dan keinsafan yang membawa kepada taubat dan memohon keampunan Allah serta memohon kesejahteraan sehingga wudhu tersebut benar - benar menjadi wasilah untuk kita mensucikan diri kita zahir dan batin. Apa yang dinukilkan hanyalah sekadar contoh, apa yang penting adalah segala ibadah, baik kecil maupun besar, kita lakukanlah dengan penuh kesedaran dan keinsafan serta dihayati dan dijiwai dengan jiwa kehambaan yang mendambakan keredhaan Tuhan yang Maha Mulia, Allah subhanahu wa ta'ala.